Selasa, 18 Agustus 2009

Hujan Batu Ala mak Cuci

Kemaren Mak Cuci mampir di sumur tetangga, sebut saja Bu Uma. Sumur itu sering dijadikan tempat mampir dulur-dulur tani yang pulang dari sawah. Karena lokasinya memang di pinggir jalan strategis buat persinggahan. Segeer... begitu sering kudengar mereka-mereka yang mampir sekedar cuci wajah ataupun tangan kaki.

Ternyata Mak Cuci pun tertarik untuk singgah di sumur itu. Dia celupkan baju tentengannya pada ember timba sumur yang kebetulan sudah berisi air.
Diluar dugaan ternyata yang empunya rumah melihat dari beranda. Beliau tak rela mak Cuci ikutan meramaikan sumurnya. Kontan saja Bu Uma keluar rumah dan berteriak lantang. Aneka macam kosa kata pedas pahit keluar mengalir deras. Sederas air ember yang dia guyurkan ke tubuh Mak Cuci.

Ternyata mak Cuci cukup lincah. Sehingga ia lolos dari bom Flinstone.

Diakhiri dengan hujan kerikil dan hujan kata-kata panas. Orang yang melihat cuma pada geleng-geleng kepala . Tak ada yang berkeinginan melerai. Akhirnya Mak Cuci lari setelah Bu Uma teriak-teriak minta tolong. Karena kepalanya sedikit benjol terkena serangan kerikil tajam dari Mak Cuci.

Semenjak itu tiap kali Mak Cuci lewat depan rumah Bu Uma, dia selalu teriak-teriak tak karuan sambil melempar kerikil kecil ke halaman Bu Uma. Dasar mak Cuci. Suka Iseng dan cari perkara. Kalau lagi marah-marah keliatan deh kalau mak Cuci ini emang rada-rada gimana gitu.

Mungkin kita harus sedikit bersiasat untuk menghadapi orang seperti mak Cuci. Agar kita terhindar dari keributan yang sia-sia. Pada dasarnya Mak Cuci yang pada dibilang gila itu juga manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar