Selasa, 18 Juli 2017

Mitos-mitos Seputar Kepenulisan

1. Menulis bukan karena bakat. Cucu sastrawan terkenal Sutan Takdir Alisyahbana tidak punya karya yang sama dengan kakeknya.Putra-putra HB Jassin juga tidak ada yang menyukai sastra. Maka kalaupun kita punya bakat, tapi kalau kita tak coba untk menulis, maka bakat itu akan hilang diterbangkan angin.

2. Penulis tidak harus sarjana. Banyak contohnya. Emha hanya kuliah satu semester. yang penting ide gagasan dan wujudkan dalam tulisan

3. Komunitas itu penting..? kalau bisa melaju sendiri ya i
oke lah, kalau dalam komunitas ya harus siap dan mau diberi masukan..Komunitas Dunia Tulis, Komunitas Penulis Tangguh, Komuditas Lingkar Pena

4. Ide itu harus ditunggu bukan  dikejar, tidak harus begitu.. justru kita kejar ide sebanyak-banyaknya.  Segala sesuatu yang kita lihat bisa diolah jadi ide. Otak kita bisa terbuka dan kita bisa menulis apa saja. Itu berkat mengejar ide bukan menunggu ide.

5. Ide datangnya cuma malam hari,  lha tidak lah....Bunda puji Nurhayati Pujiastuti ni penulis yang anti begadang. kalau haru begadang langsung demam. Jam kerja nulisnya dalah jam kantoran. Semua kembali kepada mindset bahwa dijam berapun ide ide akan mudah didapatkan.

6. Ada yang melarang menulis setiap hari. waw.. justru menulis setiap hari itu ibarat menggali tanah setiap hari. jadi kita bisa menemukan banyak al. Bukan sekedar mata air, tapi batu koral, cacing dll yang bisa jadi bahan tulisan.

7. Menulis Jangan jadi profesi..wah.. ndak lah yaw. yang diperukan adalah keyakinan. sudah banyak contoh suksesnya profesi menulis.. rajin memohon ide dari Nya.  nurhayati-pujiastuti.com

Jatuh..

Pilihan judul ini cukup diplomatis. Jatuh yang ku maksud mengandung berbagai makna dari kisah yang hendak ku tuliskan.

Berawal dari posisi bu Katimun yang siap siaga di toko. Tiap kali suasana toko memang mengundang banyak sekali kisah. Bagaikan cerpen hidup. Pun siang ini. Seorang anak remaja  kelas enam es de tampak menyandarkan sepedanya di depan toko. Bu Kati cukup mengenalnya sebagai pelanggan. Karena memang dia sering belanja. Diapum  tahu dua sodara lki-lakinya. Satu  kakak satunya  adek . Sayang Bu Katimun ki nggak melengkapi  data diri  dengan nama pun  alamat rumahnya. Perumahan sebelah sih. deket tapi pasnya belum tahu.

Si eneng beli beras satu kilogram dan satu bungkus sagu mutiara.  Cuma habis 10 ribu. pas uangnya tidak kurang dan tidak ada kembalian. Barang dimasukkan  ke dalam kantong plastik hitam. Belum berlaku platik harus bayar...tak berapa lama berselang si eneng masuk di toko dengan tergopoh-gopoh.  Ternyata kantong plastik yang di gantungkan di setang sepeda  jebol dan seplastik beras jatuh di jalan aspal.


Ternyata si eneng sebisa mungkin mengumpulkan beras itu dan menampungnya di lembar gaunnya.Untuk sementara ujung gaunnya dia  jadikan kantung penampung beras yang berserak di jalan.

Terlihat wajah cemas nya.. diiring air mata yang berderai.. Nanti saya dimarahin mama bu... ya Allah tersirat sebegitu gelisah dan khawatirnya dia..Sepertinya dia membayangkan sesuatu yang begitu dahsyat yang akan menimpanya. Yang menjadi fikirku... seberapa keras sih kemarahan  ibundanya sehingga si eneng takut sekali dengan kemarahan ibndanya.

taksampai hati bu Katimun melihat tangis dan ketakutannya, maka segera saja dia ambil sebungkus beras yang sama dan dia berikan pada si gadis  kecil  

Reuni Jofa 85/17








Minggu, 16 Juli 2017