Kamis, 30 Juli 2009
Anak Sholeh? Berbakti Pada Orang Tua?
Ketika anak merasa menjadi dewasa dan tua, apa yang semestinya mereka lakukan untuk bisa memenuhi sebutan anak sholeh dan berbakti pada orang tua?
Menjaga perasaan orang tua,:
Tidak membebaninya dengan bermacam masalah.
Tidak berkeluh-kesah yang menyedihkan.
Tidak berkata keras hingga melukai perasaannya.
Tak perlu banyak mendebatnya.
Menahan berita2 yang sifatnya menyedihkan.
Menyenangkan hatinya, dengan berbagai kabar gembira dalam keluarga.
Anak cucu yang sehat, sukses berkecukupan, baik akhlak moril maupun rumah tangganya.
Mengajaknya berkunjung ke teman lamanya ataupun saudara seusianya.
Mengajaknya berwisata atau sekedar jalan-jalan dan makan makanan yang disukainya.
Memberinya hadiah kejutan yang disukai atau diinginkannya.
Mengajaknya berbincang-bincang ringan mengenang masa kecil kita atau masa mudanya.
Mengumpulkan dan mengajak anak-cucu untuk menengoknya
Merawat barang kebanggaannya dengan baik
Menjaga amanah atau wasiat yang tidak menyimpang dari kebenaran agama
Bersikap mandiri dalam segi finansial,
sehingga membuatnya ringan tak terbebani
oleh tanggung jawab yang sudah dipikulnya semenjak kita masih kecil
Bersikap rukun dan saling menghormati dengan semua saudara
Meraih prestasi baik yang mampu membuatnya bangga.
tentunya tidak hanya prestasi akademik maupun karir.
tapi kesholehan dan kelurusan hati
dan kekuatan iman juga bisa digolongkan
sebagai prestasi yang insyaallah akan membuatnya bahagia.
dan dapat menjadi amal jariah untuk beliau.
Mendidik anak dengan baik sehingga menjadi cucu yang santun dan sholeh
Merawat jiwa raga dengan baik sehingga menjadi pribadi yang sehat.
betapa sedihnya mereka jika melihat kita sakit-sakitan.
Menjaga sikap dan perilaku yang baik,
sehingga akan menjadi warga masyarakat yang disegani.
nama baik kita juga pastilah akan mengangkat nama baiknya.
Bagaiman dengan kita?
Sudah berapa banyak yang telah kita lakukan untuk membahagiakannya?
Minggu, 19 Juli 2009
Aku Namakan Dia "Mak Cuci"
Pertama kali aku melihatnya lalu-lalang di depan toko. Seperti seterika deh. Paling tidak empat kali sehari dia tampak bolak-balik. Ngalor....Ngidul....Ngalor...Ngidul.. Aku berkesan dengan atribut yang selalu dia bawa. Ember kecil dengan baju basah, yang telah dicucinya di got sawah samping rumah.
Aku jadi lebih mengenalnya ketika suatu saat dia singgah di tokoku.
"Heh...minta shampok..."begitu kata yang pertama kali aku dengar. Dengan ekspresi wajah yang senyum-senyum malu, membuatku tak mampu untuk menolak. Kasihan... satu shampo saset sudah ditangannya. Aku beri dia yang paling murah dan jarang laku,tapi enggak kadaluwarso lah yaw...he..he aku pikir dia ndak perlu-perlu amat dengan shampo itu.
Jika kuperhatikan, wajahnya lumayan manis lho. Kira-kira usia 30 sampai 35 tahun, dia bicara dengan bahasa Indonesia yang rada-rada medok jawa barat. Kulitnya sedikit gelap karena sinar matahari. Tampak dekil. tapi ndak dekil-dekil amat. Yang pasti dia tidak menyebarkan aroma badan yang menyengat kayak seorang tunawisma yang sering singgah di rumah kakakku...bisa langsung pusing dan mabuklah tiap orang yang di dekatnya.
Jelas saja Mak Cuci nggak bau, lha wong dia rajin mandi di got sebelah, dan shampoonya bisa tiga kali seminggu. Tapi aku heran, rambutnya yang sebagian sudah memutih itu... kok ya masih tampak kaku, "NJEGRAK" mirip Tina Turner deh. Itulah kenapa orang yang melihatnya langsung menyebut dia orang gila.
. Karena rambutnya terlihat tidak terurus seperti kebanyakan mereka yang disebut gila dan berkeliaran di jalan. Itulah dunia, isinya sangat beraneka warna. Bersyukurlah kita yang diberi rahmat akal sehat dan penghidupan yang layak.
Lain waktu Mak Cuci datang ke tokoku. " Heh....minta sabun colek ..." begitulah dia memanggilku ataupun Budhe yang menemaniku di toko. Pernah aku tegur supaya panggil kami Bu apa Mbak gitu..biar enak didengernya. Tapi ya dasar Mak Cuci..ya cuma senyum-senyum wae. Dan keesokan hari ya masih saja kudengar..Heh...Heh...Heh...Dia senang sekali waktu aku beri sabun cuci yang harga Rp 500.
Begitulah dia. Hobi cuci baju dan cuci rambut...kemana-mana bawa ember isi baju cucian..makanya aku namakan dia "Mak Cuci".
Aku jadi lebih mengenalnya ketika suatu saat dia singgah di tokoku.
"Heh...minta shampok..."begitu kata yang pertama kali aku dengar. Dengan ekspresi wajah yang senyum-senyum malu, membuatku tak mampu untuk menolak. Kasihan... satu shampo saset sudah ditangannya. Aku beri dia yang paling murah dan jarang laku,tapi enggak kadaluwarso lah yaw...he..he aku pikir dia ndak perlu-perlu amat dengan shampo itu.
Jika kuperhatikan, wajahnya lumayan manis lho. Kira-kira usia 30 sampai 35 tahun, dia bicara dengan bahasa Indonesia yang rada-rada medok jawa barat. Kulitnya sedikit gelap karena sinar matahari. Tampak dekil. tapi ndak dekil-dekil amat. Yang pasti dia tidak menyebarkan aroma badan yang menyengat kayak seorang tunawisma yang sering singgah di rumah kakakku...bisa langsung pusing dan mabuklah tiap orang yang di dekatnya.
Jelas saja Mak Cuci nggak bau, lha wong dia rajin mandi di got sebelah, dan shampoonya bisa tiga kali seminggu. Tapi aku heran, rambutnya yang sebagian sudah memutih itu... kok ya masih tampak kaku, "NJEGRAK" mirip Tina Turner deh. Itulah kenapa orang yang melihatnya langsung menyebut dia orang gila.
. Karena rambutnya terlihat tidak terurus seperti kebanyakan mereka yang disebut gila dan berkeliaran di jalan. Itulah dunia, isinya sangat beraneka warna. Bersyukurlah kita yang diberi rahmat akal sehat dan penghidupan yang layak.
Lain waktu Mak Cuci datang ke tokoku. " Heh....minta sabun colek ..." begitulah dia memanggilku ataupun Budhe yang menemaniku di toko. Pernah aku tegur supaya panggil kami Bu apa Mbak gitu..biar enak didengernya. Tapi ya dasar Mak Cuci..ya cuma senyum-senyum wae. Dan keesokan hari ya masih saja kudengar..Heh...Heh...Heh...Dia senang sekali waktu aku beri sabun cuci yang harga Rp 500.
Begitulah dia. Hobi cuci baju dan cuci rambut...kemana-mana bawa ember isi baju cucian..makanya aku namakan dia "Mak Cuci".
Langganan:
Postingan (Atom)